Hujan deras di waktu subuh kala itu turun begitu deras. Bunyi alarm yang memaksaku untuk bangun menunaikan shalat subuh berjamaah di musholla hostel membangunkanku yang setengah sadar untuk bergegas. Turunnya hujan ditengah musim panas di Pakistan yang temperatur suhunya dapat mencapai 42O bahkan lebih merupakan sebuah anugerah yang luar biasa. Pergeseran waktu begitu terasa jelas di negara empat musim seperti ini. Pendeknya malam hari dijadikan alasan untuk melanjutkan tidur setelah subuh hingga tiba waktu siap-siap untuk berangkat ke kampus.
Hari yang baik. Hari terakhir kuliah dalam seminggu—kamis—untuk kemudian libur akhir pekan tiga hari berturut-turut normalnya. Untungnya lagi pada hari senin depannya bertepatan dengan libur nasional hari kemerdekaan pakistan yang ke 70. Lumayan cukuplah untuk sekedar istirahat sejenak melepas penat.
Pada hari itu juga bertepatan dengan hari perpisahan kami para mahasiswa dengan dosen terbaik dan kesayangan kami semua. Ust. Ghassan. Beliau adalah dosen asal Syiria yang sudah sekitar dua setengah tahun lebih menetap dan mengajar di Pakistan memutuskan untuk menyudahi masa mengajarnya disini dan kembali pulang ke negaranya.

Dosen yang begitu luar biasa bagi kami semua. Sosok yang mengajar dengan segenap jiwanya seolah kami adalah temannya, anak-anaknya yang benar-benar dibimbing dan dilindungi. Perawakannya yang lembut. Wajahnya yang putih bersinar dengan brewok tipis terawat yang dirapikan setiap harinya. Rambut yang selalu tertata rapi. Alisnya yang tebal tersusun rapi diatas mata biru nya. Selalu berpenampilan rapi ketika mengajar kami semua. Jeans casual, kemeja polos atau kaos berkerah serta sneakers di dua kakinya yang kokoh sebagai suit andalan yang ia gunakan ketika mengajar. Bahasanya yang bagus dan mudah dipahami, suaranya yang lembut dibalut senyum dan canda tawa membuat kami semua betah di kelas menyimak setiap materi yang ia sampaikan.
Senang rasanya dan begitu terasa kedekatan dalam diri kami semua dengan beliau. Begitu terasa ikhlasnya beliau mengajar menimbulkan kasih sayang yang dalam yang bahkan kamipun tidak tahu kenapa rasa itu ada dan timbul begitu saja. Tak terasa setahun sudah beliau bersama mengajar kami semua dan saat ini harus kembali ke negaranya. Mungkin kami tidak akan pernah bertemu lagi, atau mungkin iya. Siapa yang tahu.
Ada rasa yang timbul seakan kita pernah begitu dekat layaknya keluarga. Padahal baru setahun bersama dan terpaut jarak yang begitu jauh. Di hari terakhir kami bertemu beliau, beliau menceritakan semuanya kepada kami memberikan kesempatan untuk bertanya apapun itu, entah untuk sekedar melepas kangen dan lainnya. Beliau bercerita dari awal kedatangannya ke Pakistan masa-masa adaptasi di sini jauh dari keluarga dan anak istri mulai mengajar dan sebagainya. Sebab kepergiannya pun juga disampaikan. Kangennya kepada ayah ibu dan isterinya serta anaknya yang masih kecil. Beliau menyampaikan bahwa kelak kami semua akan merasakan bagaimana menikah dan tinggal jauh bersama keluarga ketika kerinduan datang menggebu dan hanya bisa melihat via video call. Kalian semua akan merasakan anak-anakmu seperti dirimu berada dan berdiri dalam dirinya. Merasakan apa yang anakmu rasakan dan sekarang terpisah di jarak yang begitu jauh.
Kami semua akan merindukan sosok bijaksanamu, caramu mengajak kami semua berfikir dan menjadi lebih dewasa dan siap dalam segala kondisi dan keadaan. Selamat jalan guruku. Semoga pulangmu membawa keberkahan bagi keluargamu dan bagi kita semua. Dan semoga Allah mepertemukan di dunia maupun di akhirat kelak. Amien …
Islamabad, 19 Desember 2017
Kuliah dimana mas?
Kuliah di Islamabad mas
Nama sekolah nya Islamabad? Jurusan?
International Islamic University – Islamabad. Saya ngambil Shariah and Law disini.
Keren mas 😁