domestic-abuse-MIN

Seiring berkembangnya zaman, semua orang dari berbagai kalangan dewasa ini dengan bebas dapat mengakses informasi begitu mudah. Hal ini dapat menjadi perkara positif jika diiringi dengan edukasi yang baik. Namun nyatanya, kebanyakan masyarakat Indonesia mempunyai sifat konsumtif yang tinggi dan latah sehingga dengan mudah terpengaruh oleh informasi maupun budaya asing yang masuk tanpa proses filtrasi yang sempurna lantaran kultur yang jauh berbeda.

Karena hal ini terus dibiarkan terjadi, maka fenomena degradasi moral dikalangan generasi muda kini bukan menjadi hal yang langka untuk kita temui. Seperti penggunaan miras, narkoba, tindak kriminal dan seks bebas di kalangan remaja, serta banyak kasus lainnya. Yang lebih memprihatinkan lagi bahwa perilaku tersebut dilakukan oleh remaja usia belia bahkan pelajar yang notabene nya adalah sosok generasi muda terpelajar yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa selanjutnya.

Ditengah arus globalisasi dan modernitas seperti sekarang ini, karakter dan moralitas bangsa menjadi satu dari sekian banyak persoalan utama yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Fakta sosial tersebut membuat tidak sedikit remaja saat ini dalam generasi yang lemah iman, akademik, dan mental. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi bagi masa depan bangsa. Di pundak generasi muda masa depan suatu bangsa dipertaruhkan. Jika moral generasi mudanya hancur, maka hancurlah bangsa tersebut begitu pula sebaliknya.

Dilansir dari laman berita Kompas pada Rabu (10/10/18), Satuan Reskrim Umum Polres Bengkulu menciduk 7 remaja berstatus pelajar diduga melakukan pemerkosaan anak berumur 14 tahun. Menurut keterangan polres setempat, pelaku awalnya berkenalan dengan korban dan melanjutkan komunikasi intensif melalui facebook messenger. Ironisnya, perbuatan keji ini dilakukan oleh anak sekolahan. Generasi yang akan membawa nama bangsa.

Disadari atau tidak, tindakan kriminal seperti ini terus bermunculan di kalangan remaja pada umumnya dan akan berdampak buruk bagi masa depan mereka jika terus dibiarkan begitu saja dan tidak diselesaikan secara serius. Sudah menjadi tanggung jawab semua pihak untuk menjaga dan mengatasi moralitas remaja yang terus merosot mulai dari sistem pendidikan, keluarga, hingga pemerintah pada umumnya.

Proses pendidikan baik secara formal maupun nonformal pada prinsipnya menjadi tumpuan untuk melahirkan manusia baru dengan karakter yang kuat. Karakter kuat ini dapat dikategorikan sebagai kapasitas moral seseorang seperti kejujuran, keikhlasan, kulaitas yang membedakan dirinya dengan yang lain, serta ketegaran dalam menghadapi masalah.

Karakter yang kuat dapat dihasilkan dari sistem pendidikan yang baik. Bukan hanya memandang faktor kecerdasan intelektual sebagai tolak ukur, melainkan pendidikan berlandaskan iman dan takwa yang mampu menghasilkan karya yang berguna bagi masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Untuk mewujudkan dua hal tersebut diperlukan pendidikan yang mencakup dua unsur utama, yaitu keunggulan akademik dan spiritual yang kini akrab kita sebut dengan istilah pendidikan karakter.

Pendidikan karakter tersebut sebenarnya bisa menjadi kecakapan hidup mendasar yang menjadi materi dasar utama pendidikan di sekolah. Namun kenyataanya, akibat beberapa pengaruh seperti modernitas serta informasi bebas dengan akses yang mudah di kalangan remaja belakangan ini justru membuat karakter mereka semakin tergerus.

Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman bahaya bagi masyarakat. Penataan kembali pendidikan karakter bangsa diperlukan karena krisis multi dimensi yang rumit dan dipandang sebagai tantangan untuk melakukan tatanan kembali terhadap pendidikan karakter bangsa menuju ke arah yang lebih baik, berkualitas, dan bermakna.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi moralitas remaja yang kian tergerus, diperlukan upaya yang serius. Salah satu alternatif solusi adalah dengan merekonstruksi sistem pendidikan akademik maupun spiritual. Ketika perbaikan karakter terus dibina, maka tindakan amoral terminimalisir, lambat laun degradasi moral remaja akan teratasi dalam kurun waktu tertentu akan terbentuk karakter remaja yang kuat dan kokoh menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

Image taken from here

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.